Senin, 12 Desember 2011

Memories of Pkmj 2011 Slideshow Slideshow

Memories of Pkmj 2011 Slideshow Slideshow: TripAdvisor™ TripWow ★ Memories of Pkmj 2011 Slideshow Slideshow ★ untuk Cisarua. Slideshow perjalanan gratis yang menakjubkan di TripAdvisor

Sabtu, 10 Desember 2011

Jendela Hati


Tak biasanya jendela itu terbuka setelah cahaya pergi
Sebuah aroma yang belum pernah hadir mulai melewati
Pertama terhirup membuat bulu hidung terasa berdiri
Untuk yang kedua diriku menjadi menikmati
Selanjutnya penciumanku selalu menanti dan mencari
Kapan aroma itu datang kembali
Bila sudah begitu jendela itu menjadi tak terkendali
Dia menjadi lupa kepada siapa harus terbuka atau terkunci
(Adi Nurcahyo, Jember - 2008)


Jatuh Cinta????


Aku simpan cintaku sehingga engkau menderita karena sikapku
Mereka mencelamu dan celaan mereka adalah aniaya
Musuh-musuhmu menghasut
Engkau mencintai dan telah menjadi bahan gunjingan
Tak ada manfaatnya menyimpan cinta
Engkau bagai harimau betina yang mati kepayahan
Pada bekas tapak Hindun atau bagaikan bibir yang sakit
Aku menjauhi kekasih karena takut dosa
Padahal menjauhi kekasih adalah dosa
Rasakanlah bagaimana (rasanya) menjauhi kekasih yang kau sangka
Bahwa itu tindakan bijaksana padahal mungkin itu bohong

(Sebuah syair dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud, salah satu dari
tujuh orangulama ahli fiqh dari kalangan tabi’in
(fuqaha assab’ah), salah seorang guru utama KhalifahUmar bin Abdul Aziz, seorang ulama yang produktif menulis syair, yang pernah jatuh cinta)

Kamis, 01 Desember 2011

Doaku

Ya Allah.. Peluklah hati ini di saat ku mulai merasa gelisah, dalam penantian penuh kesabaran ini, terkadang Hatiku merasa rindu pd dia insan yg ku cintai dalam diamku...

Ya Rabb,,,Biarlah Ku simpul dalam setiap do'a-doa dalam Istikharahku kepada-MU Rasa ini,,,agar kelak Engkau Satukan hatinya dan hatiku yang kan bertaut dan bersemi indah karna Redha-MU....

Ya Rabb...Tuntunlah Hati hamba agar hanya mau menerima CINTA seorang Insan yang benar2 Pilihan-MU bukan Semata-mata Pilihan Nafsuku....

amiin:')

Senin, 21 November 2011

الفيل



الفيل أضخم الحيوانات التي تعيش على الأرض، وثاني أطول أفراد المملكة الحيوانية بعد الزرافة. ولا يفوقه ضخامة إلا بعض أنواع الحيتان. والفيلة هي الحيوانات الوحيدة التي لها أنف على هيئة خرطوم تستخدمه كأحد الأطراف. كما تستخدم الفيلة خراطيمها لسحب أوراق وفروع وأغصان الأشجار، ولامتصاص الماء الذي توصله فيما بعد إلى الفم. ولها أيضا حاسة شم حادة، حيث تستخدم خراطيمها عادة لفحص الهواء. وللفيلة آذان أكبر من آذان أي حيوان آخر، ولها أنياب في هيئة أسنان ضخمة.
وهناك نوعان رئيسيان من الفيلة: الفيلة الإفريقية والفيلة الهندية التي تُعرف أيضًا بالفيلة الآسيوية. تعيش الأفيال الإفريقية في إفريقيا جنوبي الصحراء، بينما تعيش الأفيال الهندية في أجزاء من الهــند وفي جنوب شرقي آسيا.
والفيلة حيوانات قوية للغاية شديدة الذكاء. وقد قام الإنسان بتدجينها وتدريبها منذ آلاف السنين، وتم استخدامها في نقل الحمولات الثقيلة في بعض الأقطار الآسيوية . ويستطيع الفيل رفع جذع شجرة وتحريكه ببطء باستخدام أنيابه وخرطومه. وقد يصعب سحب مثل ذلك الجذع على مركبة تسير بعجلات.
ومن أقدم استخدامات الفيلة التي عُرفت سابقا استخدامها في الحروب. فقد هزم الجيش المقدوني الذي قاده الإسكندر الأكبر عام 331ق.م جنود الفرس الذين امتطوا الفيلة في المعركة. كما استخدم القائد المشهور هانيبال قرطاجة عام 218ق.م الفيلة من أجل اجتياز جبال الألب في فرنسا لغزو إيطاليا. كما استخدمه جيش أبرهة الأشرم لهدم الكعبة نحو سنة 570م. وقد وردت قصته في القرآن الكريم في سورة الفيل.

Selasa, 08 November 2011

Sadarku,

di malam yang sepi ini juga..hatiku terdetik..mengapa aku tidak punya pasangan sebagaiman remaja yang dikekelingi cinta insan dhoif ini..

aku temui SEBUAH JAWABAN..
COZ ALLAH menyayangiku..ingin menjagaku..sehhingga aku menemui cinta insani yang selayaknya unutk diri hamba yang lemah ini..
ku memohon perlindungan padaMU ya ALLAH..naungilah aku dengan kebesaranmu..jagalah hatiku agar tidak mudah dinodai nafsu manapun..oleh setan iblis yang tidak pernah berhenti menggoda hati manusia...baik rupa bkn jaminan..
ku memohon padaMU ya ALLAH..kurniakanlah ku pasangan hidup yang layak untukku...
yang mampu membimbingku ke arah cintaMU..karuniakanlah zuriat yang elok untukku..ELOK HATI..ELOK AKAL ..ELOK AHKLAK..agar keluargaku nanti menempati syariat agamaMU...
cintakanlah..berikanlah..tetapkanlah hatiku..pada insan yang mampu membawaku ke arah SURGAMU...

...ya RABBUL IZZATI...aku memohon padamu..berikanlah yang terbaik untuk hambamu ini ya ALLAH...agar aku tidak tergelincir jatuh dari neracamu...agar aku tidak melangkah jauh dari medanMU..agar aku tetap dengan agamaMU...agar bertambah kuat imanku...
KAU ADA DISETIAP DETIK JANTUNG KU, KAU ADA DISETIAP LANGKAH KU..SETIAP UJIAN ADALAH BUKTI CINTAMU UTK KU..KRN KAU INGIN AKU SELALU INGAT AKAN DIRIMU...Y RABBUK IZZATI

Sesungguhnya..

Keayuan wanita sholehah itu,
tidak terletak pada kecantikan wajahnya,
Kemanisan wanita sholehah,
tidak terletak pada kemanjaannya,
Daya tarik wanita sholehah itu,
... Bukan pada kemanisan bicaranya yang menggoncang iman para muslimin,

Bukan dan tidak sama sekali!

Nilai dari wanita sholehah,
Bukan pada keindahan lahir atau pujian orang lain,
Tapi pada perjuangannya meningkatkan martabat agama.,tegas thd lawan jenis

Nafsu mengatakan wanita cantik dengan paras rupa yang indah bak permata yang menghiasi alam,
Akal mengatakan wanita cantik atas kemajuan dan kekebalannya dalam ilmu serta pandai dari segala aspek,

Hati menyatakan kecantikan wanita hanya pada akhlaknya,
Itupun seandainya hati itu bersih untuk menilai.

Wahai wanita jangan berbangga dengan kecantikan lahiriahmu,
karena suatu hari nanti ia hanya akan lapuk di telan zaman,
Tetapi jaga dan peliharalah kecantikan bathinmu dgn puasa...dzikilulloh..
Agar diri ini bersih dan senantiasa mendapat Rahmat illahi,

Wahai wanita jangan berbangga dengan ilmu duniawi yang kau kuasai,
karena ada lagi manusia yang lebih berpengetahuan darimu,
Wahai wanita jangan pula berdukacita atas kekurangan dirimu,
karena ada lagi insan yang lebih malang darimu,
Wahai wanita sholehah jangan risau akan jodohmu,
Karena muslimin yang bijaksana itu tidak akan terpaut pada wanita hanya karena kecantikannya,kekayaannya,ketenaran keluarganya....
Bersyukurlah diatas apa yang ada,
Serta berusaha demi keluarga, bangsa dan agama...WANITA SHOLEHAH DIMANAPUN SELALU TEGAKKAN DIENNUL ISLAM.....TEGASLAH BERSUARA DGN ADAM...

Kamis, 03 November 2011

Kisah Abu Hazim Salamah ibn Dinar

Abdurrahman bertanya, “Bagaimanakah trik mendapatkan hati yang selalu terjaga wahai Abu Hazim?.
Ia menjawab, “Ketika hati diperbaiki maka dosa-dosa besar terampuni… dan jika seoang hamba bertekad meninggalkan dosa, maka ia akan diliputi hati yang selalu terjaga. Jangan lupa wahai Abdurrahman bahwa kemewahan dunia akan menyibukkan hati dari kenikmatan akhirat… setiap nikmat yang tidak menjadikanmu dekat dengan Allah maka itu adalah bencana.”
Anak Abdurrahman berkata, “Sesungguhnya syaikh kami banyak dan kepada siapakah kami berteladan.”
Abdurrahman menjawab, “Wahai anakku, teladanilah syaikh yang paling takut kepada Allah secara sembunyi-sembunyi dan menahan diri dari mengumbar aib… memperbaiki dirinya sejak masa muda dan hal itu tetap berlangsung hingga masa tua. Ketahuilah wahai anakku, tidaklah mentari bersinar di pagi hari melainkan pada hari itu nafsu dan ilmu akan menghampiri penuntut ilmu, lalu keduanya saling bertarung dalam dadanya dengan dahsyatnya… jika ilmunya mengalahkan nafsunya maka hari itu adalah hari keberuntungannya… tetapi jika nafsunya yang mengalahkan ilmunya maka hari itu adalah hari kerugiannya. “
Abdurrahman berkata, “Seringkali anda menasihati kami untuk bersyukur wahai Abu Hazim, apa sebenarnya hakikat syukur itu?.”
Ia mengatakan, “Tiap-tiap anggota dari tubuh kita, punya hak untuk kita syukuri.”
Abdurrahman berkata, “Bagaimana (cara) bersyukurnya kedua mata?.”
Ia menjawab, “(Yaitu) bila kamu melihat kebaikan dengan keduanya maka kamu mengumumkannya, dan bila kamu melihat keburukan maka kamu menutupinya.”
Abdurrahman berkata lagi, “Bagaiman (cara) bersyukurnya kedua telinga?.”
Ia menjawab, “Bila kamu mendengar kebaikan dengannya maka kamu memahaminya, dan bila kamu mendengar keburukan maka kamu menimbunnya.”
“Bagaimana (cara) bersyukurnya kedua tangan?” kata Abdurrahman lagi.
Ia menjawab, “Hendaklah kamu tidak mengambil apa yang bukan milikmu dengannya…hendaklah kamu tidak melarang hak dari hak-hak Allah dengannya…dan janganlah terlewatkan olehmu wahai Abdurrahman, bahwa orang yang hanya bersyukur dengan lisannya dan tidak mengikut sertakan seluruh anggota badan dan hatinya bersamanya…maka perumpamaannya adalah sama dengan orang yang memiliki kain (baju), tetapi ia hanya memegang ujungnya dan tidak mengenakannya…Maka yang demikian itu tidaklah melindunginya dari panas dan tidak pula membentenginya dari dingin.”
==========================================================================
Pada suatu tahun, Salamah ibn Dinar berangkat bersama pasukan muslimin menuju negeri Romawi mengharapkan jihad fisabilillah bersama para mujahid.
Tatkala pasukan telah sampai di akhir perjalanan, maka ia memilih untuk beristirahat sebelum menghadapi musuh dan masuk ke medan pertempuran.
Di tengah-tengah pasukan ada seorang amir (pemimpin) dari umara Bani Umayyah, kemudian ia mengirim seorang utusan kepada Abu Hazim dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya pemimpin kita mengundangmu untuk menemuinya agar kamu menceramahinya dan memahamkannya (tentang agama).”
Kemudian ia pun menulis surat yang ditujukan kepada amir tersebut yang berbunyi, “Wahai amir, sungguh aku telah menjumpai ahlul ilmi sedangkan mereka tidak membawa agama ini kepada ahli dunia. Dan aku tidak berprasangka anda ingin agar aku menjadi orang yang pertama kali melakukan hal tersebut. Apabila engkau punya hajat kepada kami, maka datangilah kami, dan semoga keselamatan tercurahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu.”
Ketika amir (selesai) membaca suratnya, ia lantas pergi menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya serta mendoakannya. Ia berkata, “Wahai Abu Hazim, sungguh kami telah membaca apa yang kamu tulis untuk kami, sehingga bertambahlah kemuliaanmu dan ‘izzahmu di sisi kami. Berilah peringatan kepada kami dan nasehatilah kami, semoga kamu diberi balasan atas kami dengan sebaik-baik balasan.”
Maka mulailah Abu Hazim menasehati dan mengingatkannya. Dan di antara apa ia katakan kepadanya (yaitu) “Lihatlah kepada apa yang engkau sukai untuk bisa menemanimu di akhirat, maka bersungguh-sungguhlah agar engkau mendapatkannya di dunia…Lihatlah kepada apa yang engkau benci untuk menjadi temanmu di akhirat, maka zuhudlah terhadapnya ketika engkau di dunia…Ketahuilah wahai amir, sesungguhnya apabila kebathilah telah dibuat menarik dan menjadi laku (laris) di sisimu, niscaya ahli kebathilan dan orang-orang munafik akan menemuimu dan berkumpul di sekitarmu. Dan apabila al-haq telah dibuat menarik dan ia menjadi laku (laris) di sisimu, niscaya ahlul khair akan berkumpul di sekelilingmu, dan mereka akan menolongmu untuk memenangkannya. Maka pilihlah apa yang kau sukai untuk dirimu.”
Tatkala kematian menjemput Abu Hazim al-A’raj, para sahabatnya berkata kepadanya, “Bagaimana keadaanmu wahai Abu Hazim?”
Ia menjawab, “Andaikan kita selamat dari keburukan apa yang kita dapatkan dari dunia, maka tidaklah akan membahayakan kita sesuatu yang kita dihindarkan darinya”, kemudian ia membaca sebuah ayat yang mulia, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Surat Maryam: 96)…ia terus saja mengulang-ulangi ayat tersebut hingga ajal menjemputnya
==================================================================
Kabar tentang kedermawanan Abu Hanifah telah tersebar di timur dan barat, khususnya di kalangan para sahabat dan teman dekatnya. Sebagai suatu contoh, pada suatu hari seorang temannya pergi ke tokonya dan berkata,
“Sesungguhnya aku membutuhkan pakaian dari bahan al-Khizz, wahai Abu Hanifah.”
Abu Hanifah bertanya,”Apa warnanya?”
Orang itu menjawab, “Begini dan begini.”
“Sabar dan tunggulah sampai aku mendapatkan pakaian tersebut,” kata Abu Hanifah.
Seminggu kemudian pakaian yang dipesan telah jadi, maka tatkala temannya itu melewati toko, Abu Hanifah memanggilnya dan berkata,
“Aku punya pakaian yang kamu pesan.”
Temannya merasa gembira dan bertanya kepada Abu Hanifah,
“Berapa aku harus membayar pegawaimu?”
“Satu dirham,” jawab Abu Hanifah.
Ia merasa heran dan bertanya lagi, “Cuma satu dirham?”
“Ya,” kata Abu Hanifah
Temannya berkata, “Wahai Abu Hanifah, engkau tidak sedang bergurau bukan?”
Abu Hanifah manjawab, “Aku tidaklah bergurau, karena aku telah membeli pakaian ini dan yang satunya lagi dengan harga dua puluh dinar emas plus satu dirham perak, kemudian aku menjual salah satunya dengan dua puluh dinar emas sehingga tersisa satu dirham. Dan aku tidak akan mengambil untung dari teman dekatku sendiri.”
==========================================================
Pada waktu yang lain ada seorang perempuan tua datang ke tokonya dan memesan sebuah baju dari bahan al-Khizz, tatkala Abu Hanifah memberikan baju pesanannya, perempuan tua tadi berkata, “Sungguh aku adalah seorang perempuan yang sudah tua dan aku tidak tahu harga barang sedangkan baju pesananku adalah amanah seseorang. Maka juallah baju itu dengan harga belinya kemudian tambahkan sedikit laba atasnya, karena sesungguhnya aku orang miskin.”
Abu Hanifah menjawab, “Sesungguhnya aku telah membeli dua jenis pakaian dengan satu akad (transaksi), kemudian aku jual salah satunya kurang empat dirham dari harga modal, maka ambillah pakaian itu dengan harga empat dirham itu dan aku tidak akan meminta laba darimu.”
============================================================
Pada suatu hari, Abu Hanifah melihat baju yang sudah usang sedang dipakai oleh salah seorang teman dekatnya. Ketika orang-orang-orang telah pergi dan tidak ada seorangpun di tempat itu kecuali mereka berdua, Abu Hanifah berkata kepadanya, “Angkat sajadah ini dan ambillah apa yang ada di bawahnya.” Maka temannya mengangkat sajadah tersebut, tiba-tiba ia menemukan di bawahnya seribu dirham. Kemudian Abu Hanifah berkata, “Ambil dan perbaikilah kondisi dan penampilanmu.” Akan tetapi temannya kemudian berkata, “Sesungguhnya aku seorang yang mampu (berkecukupan) dan sungguh Allah telah memberiku nikmat-Nya sehingga aku tidak membutuhkan uang tersebut.”
Berkata Abu Hanifah, “Jika Allah telah memberimu nikmat, maka di mana bekas dan tanda nikmata-Nya itu? Tidakkah sampai kepadamu bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya Allah suka melihat bekas nikmat-Nya pada diri hamba-Nya.” Karena itu, seyogyanya kamu memperbaiki penampilanmu agar temanmu ini tidak sedih melihatnya.”
=========================================================
Hafsh bin Abdur Rahman merupakan relasi dagang Abu Hanifah dalam sebagian perniagaannya. Ia menyiapkan barang-barang dagangan berupa al-Khizz dan mengirimnya bersamanya (Hafsh) ke sebgian kota yang ada di Iraq. Pada suatu waktu beliau menyiapkan untuk dibawa Hafsh barang dagangan yang banyak dan memberi tahu kepadanya bahwa di antara barang-barang tersebut ada yang cacat, ia berkata, “Apabila kamu mau menjualnya maka terangkanlah kepada pembeli tentang cacat yang ada pada barang tersebut.”
Maka kemudian Hafsh menjual semua barang yang dititipkan dan ia lupa untuk memberi tahu sebagian barang yang ada cacatnya kepada para pembeli. Ia telah berupaya mngingat-ingat orang-orang yang telah membeli barang yang ada cacatnya tersebut, tetapi tidak berhasil. Maka tatkala Abu Hanifah tahu akan hal itu dan tidak mungkinnya mengenali orang-orang yang telah membeli barang yang cacat itu, hatinya tidak tenang sampai ia bersedekah dengan harga semua barang yang diperdagangkan oleh Hafsh.
=======================================================
Di samping semua sifat yang telah disebutkan di atas, ia juga seorang yang baik dalam bergaul dengan orang lain, teman dekatnya akan merasa bahagia bila bersamanya dan orang yang jauh darinya tidak akan merasa tersakiti bahkan musuhnya sekalipun. Salah seorang sahabatnya pernah berkata, aku telah mendengar Abdullah bin al-Mubarak berkata kepada Sufyan ats-Tsauri, “Wahai Abu Abdillah, betapa jauhnya Abu Hanifah dari sifat menggunjing, aku sama sekali tidak pernah mendengar ia berkata tentang kejelekan musuhnya.” Maka Sufyan berkata, “Sesungguhnya Abu Hanifah sangat waras sekali sehingga tidak mungkin melakukan hal yang dapat menghapus kebaikan-kebaikannya.”
====================================================
Alkisah suatu hari Rasulullah melihat seorang lelaki memakai cincin emas. Seketika, Rasulullah mencabut cincin tersebut dari jari lelaki tersebut, dan melemparkannya sambil bersabda, “Seseorang dari kalian sengaja mengenakan batu neraka pada tangannya”.
Ketika Rasulullah telah pergi, salah seorang sahabat menyuruh lelaki pemakai cincin tadi untuk mengambil cincinnya kembali. Ia menyarankan agar bisa menggunakan untuk keperluan lain, atau menjualnya. Tetapi lelaki itu menolak. “Demi Allah, aku tidak akan mengambil, karena cincin itu telah dibuang Rasulullah”.

Padahal, Rasulullah tidak melarang lelaki tersebut untuk memanfaatkan cincin tersebut pada kepentingan lain. Ia hanya melarang memakainya. Tetapi, si lelaki tersebut enggan mengambil cincin itu kembali, atas dasar cintanya kepada Rasulullah dan keinginan untuk menambah ketaatan dirinya kepada Rasulullah.
Sebenarnya cincin itu bisa digunakan untuk keperluan lain. Yang dilarang, hanyalah pemakaian cincin tersebut di kalangan lelaki. Sementara bagi wanita, cincin tersebut halal dipakai sebagai sarana berhias dan mempercantik diri.
Ket: tapi syaikh albani mengharamkan pemakaian emas melingkar bagi wanita
==============================================================
Ali bin Fudhail berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, betapa manisnya perkataan para Sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam.”
Ayahnya berkata, “Wahai anakku, apakah kamu mengetahui apakah yang menyebabkan perkataan mereka menjadi manis?”
Ali menjawab, “Tidak wahai ayahku.”
Ayahnya berkata, “Karena dengan perkataan tersebut mereka menginginkan Alloh.”
Abdullah bin Muhammad bin Munazzil bercerita, bahwa Hamdun bin Ahmad pernah ditanya : “Kenapa perkataan salaf lebih bermanfaat daripada perkataan kita?”
Hamdun menjawab, “Karena mereka berbicara demi kemuliaan Islam, keselamatan jiwa-jiwa dan keridhaan ar-Rahman. Sedangkan kita berbicara demi kemuliaan diri sendiri, mencari dunia dan ketenaran di hadapan manusia.”
====================================================================
Suatu hari Abdullah bin Rawahah hendak pergi ke masjid. Beberapa meter sebelum sampai di masjid, ia mendengar Rasulullah dalam khutbahnya memerintah, “Duduklah kalian semua!”.  Serta-merta, Abdullah bin Rawahah duduk, saking taatnya kepada perintah Rasulullah. Padahal, waktu itu ia belum sampai di masjid. Abdullah tetap duduk, sampai Rasulullah selesai berkhutbah.
Adapun sebab Rasulullah memerintahkan duduk, karena beliau melihat beberapa sahabat berdiri sewaktu beliau berkhotbah.
Lalu dikatakan kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, lihatlah Abdullah bin Rawahah. Ia mendengar engkau memerintah duduk, lalu seketika ia duduk di tempatnya”.
Kemudian Rasulullah berkata kepada Abdullah bin Rawahah, “Semoga Allah menambah semangatmu untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya”.
=========================================================
Alkisah ada dua orang bersaudara yang terkenal jago syair, Ka’ab bin Zuhair dan Bujair, mendengar risalah baru yang didakwahkan oleh Nabi. Bujair berkata kepada saudaranya, “Tunggulah. Aku akan pergi menemui orang itu (Nabi), untuk mendengar apa yang dikatakannya”.
Ketika sampai di hadapan Nabi dan mendengar apa yang diucapkan, Allah memberikan hidayah padanya. Bujair masuk Islam. Mengetahui saudaranya masuk Islam, Ka’ab marah, lalu merangkai syair yang isinya menghujat Nabi. Isi syair itu sampai ke telinga Nabi, yang kemudian membolehkan Ka’ab untuk dibunuh. Bujair memberitahu ancaman Nabi, sambil berusaha menasehatinya untuk meminta maaf kepada Nabi, dan masuk Islam. Namun semuanya ditolak Ka’ab. Ia kemudian melarikan diri.
Hari-hari pun berlalu. Dalam pelariannya, Allah membuka hati Ka’ab, untuk menerima Islam.  Ia lalu datang menemui Nabi, dan berbaiat kepadanya untuk masuk Islam, sekaligus meminta maaf. Ia merangkai syair yang isinya memuji Nabi,

Inilah Rasul yang datang membawa cahaya,
Mengasah pedang-pedang Allah yang terhunus
Aku dengar Rasulullah telah mengancamku,
Namun ampunan darinya, tetap kuharap

Selesai mengucapkan syair itu, Nabi mengalungkan selendangnya kepada Ka’ab, dan mengampuninya

Senin, 31 Oktober 2011

Wanita-Wanita Terkemuka Ummu Salamah, Pendamping Rasulullah yang Cerdas



Ilustrasi
 Nama lengkapnya Hindun binti Hudzaifah (Abu Umayyah) bin Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum, dari Bani Makhzum. Bapaknya Hindun adalah putra dari salah seorang Quraisy yang diperhitungkan (disegani) dan terkenal dengan kedermawanannya.
Ayahnya dijuluki sebagai “Zaad Ar-Rakbi ” yakni seorang pengembara yang berbekal. Dijuluki demikian karena apabila dia melakukan safar (perjalanan) tidak pernah lupa mengajak teman dan juga membawa bekal, bahkan ia mencukupi bekal milik temannya.
Adapun ibunya bernama Atikah binti Amir bin Rabiah Al-Kinaniyah dari Bani Farras yang terhormat. Dikemudian hari, Hindun binti Abu Umayyah dikenal dengan Ummu Salamah.
Di samping memiliki nasab yang terhormat ini, ia juga seorang wanita yang berparas cantik, berkedudukan dan seorang wanita yang cerdas. Pada mulanya dinikahi oleh Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad Al-Makhzumi, seorang shahabat yang agung dengan mengikuti dua kali hijrah.
Baginya, Ummu Salamah adalah sebaik-baik istri baik dari segi kesetiaan, ketaatan dan dalam menunaikan hak-hak suaminya. Dia senantiasa mendampingi suaminya dan bersama-sama memikul beban ujian dan kerasnya siksaan orang-orang Quraisy. Ummu Salamah dan suaminya hijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan agamanya dengan meninggalkan harta, keluarga, kampung halaman dan membuang rasa ketundukan kepada orang-orang halim dan kaum kafir. Di Habasyah inilah Ummu Salamah melahirkan Zainab, kemudian Salamah, Durrah, dan Umar.
Abu Salamah meninggal tak lama setelah Perang Uhud. Ketika menjelang ajal, Rasulullah SAW memejamkan kedua mata Abu Salamah dengan kedua tangannya seraya berdoa,"Ya Allah ampunilah Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya dalam golongan Al-Muqarrabin dan gantikanlah dia dengan kesudahan yang baik pada masa yang telah lampau dan ampunilah kami dan dia.”
Ummu Salamah menghadapi ujian tersebut dengan hati yang dipenuhi dengan keimanan dan jiwa yang diisi dengan kesabaran beliau pasrah dengan ketetapan Allah dan qadar-Nya. Sepeninggal Abu Salamah yang telah diakui memiliki kesalehan dan kedudukan istimewa di tengah kaum Muslimin. Ummu Salamah kerap menolak pinangan dari para sahabat Rasulullah yang datang dengan maksud untuk menikahinya.
Dan tatkala masa iddahnya telah berakhir, Abu Bakar mengirim seseorang untuk meminang dirinya, namun dia tidak berkenan menikah dengan Abu Bakar. Kemudian Rasulullah SAW mengirimkan Umar bin Al-Khathab untuk meminangnya agar menikah dengan Rasul.
Ummu Salamah berkata, "Selamat datang, katakan kepada Rasulullah aku adalah seorang yang pencemburu dan aku mempunyai anak kecil. Aku juga tidak mempunyai wali yang menyaksikan."
Setelah itu Rasulullah Saw mengirim seorang utusan kepadanya untuk menyampaikan jawaban mengenai perkataannya."Mengenai perkataanmu bahwa kamu mempunyai anak kecil, maka Allah akan mencukupi anakmu. Mengenai perkataanmu bahwa kamu seorang pencemburu, maka aku akan berdoa kepada Allah agar menghilangkan kecemburuanmu. Sedangkan para wali, tidak ada seorang pun diantara mereka kecuali akan ridha kepadaku."
Ummu Salamah kemudian berkata kepada anaknya, "Wahai Umar, berdirilah dan nikahkanlah Rasulullah denganku."
Beliau menikahinya tepat pada bulan Syawal tahun 4 Hijriyah. Maka Hindun binti Abu Umayyah pun menjadi Ummul Mukminin. Rasulullah SAW memberinya kasur empuk yang terbuat dari serabut, sejumlah uang, mangkuk dan alat penggiling. Rasulullah juga memuliakannya dengan biasa mengunjunginya pertama kali sehabis menunaikan shalat Ashar, sebelum mengunjungi istri-istrinya yang lain.
Pada tahun kedua Hijriyah setelah terjadinya Perang Badar—di bulan Syawal—ketika Rasulullah SAW menikahi Ummu Salamah, Aisyah merasa sedih karena banyak orang yang menyebut kecantikannya. Ketika Aisyah melihat sendiri, dia berkata, "Demi Allah (sungguh), dia lebih dari yang diceritakan padaku (kubayangkan) dalam hal kebaikan dan kecantikannya."
Ummu Salamah adalah seorang wanita yang cerdas dan matang dalam memahami persoalan dengan pemahaman yang baik dan dapat mengambil keputusan dengan tepat pula. Hal itu ditunjukkan pada peristiwa Hudaibiyah, manakala Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk menyembelih qurban selepas terjadinya perjanjian dengan pihak Quraisy.
Setelah masalah tersebut telah selesai, beliau berkata para sahabatnya, "Berdirilah kalian, lakukan penyembelihan dan potonglah!"
Namun tidak seorang pun yang berdiri, padahal Nabi SAW telah mengulangnya hingga tiga kali. Para sahabat tidak mengerjakannya karena sifat manusiawi mereka yang merasa kecewa dengan hasil perjanjian Hudaibiyah yang banyak merugikan kaum Muslimin.
Rasulullah kemudian menemui Ummu Salamah dalam keadaan sedih dan kecewa. Beliau ceritakan kepadanya perihal kaum Muslimin yang tidak mau mengerjakan perintahnya.
Ummu Salamah berkata, ”Wahai Rasulullah apakah anda menginginkan hal itu? Jika demikian, maka silakan anda keluar dan jangan berkata sepatah kata pun dengan mereka sehingga anda menyembelih unta anda. Kemudian panggillah tukang cukur anda untuk mencukur rambut anda (tahallul)."
Rasulullah menerima usulan Ummu Salamah. Maka beliau berdiri dan keluar tidak berkata sepatah kata pun hingga beliau menyembelih untanya. Kemudian beliau panggil tukang cukur beliau dan dicukurlah rambut beliau. Manakala para sahabat melihat apa yang dikejakan oleh Rasulullah, maka mereka bangkit dan menyembelih qurban mereka, kemudian sebagian mereka mencukur sebagian yang lain secara bergantian.

Ketika Ummu Salamah turut serta menyaksikan Perang Khaibar, dan berkata pada beberapa wanita, "Semoga Allah juga mewajibkan pada kita (kaum wanita) berjihad sebagaimana yang telah diwajibkan bagi para pria. Sehingga kita juga mempunyai kesempatan untuk mendapat pahala seperti yang mereka dapatkan."
Kemudian turunlah ayat: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS An-Nisaa': 32)
Setelah Rasulullah SAW wafat, Ummul Mukminin Ummu Salamah senantiasa memerhatikan urusan kaum Muslimin dan mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi. Ia selalu turut andil dengan kecerdasannya dalam setiap persoalan untuk menjaga umat dan mencegah mereka dari penyimpangan, terlebih lagi terhadap para penguasa dari para khalifah maupun para pejabat.
Ummu Salamah adalah istri Nabi yang terakhir kali meninggal dunia. Ia diberkahi umur panjang dan mengetahui pembunuhan Hussein bin Ali, sehingga membuatnya pingsan karena sangat bersedih. Tidak berselang lama setelah peristiwa itu, pada bulan Dzulqa’dah tahun 59 Hijriyah, Ummu Salamah wafat dalam usia 84 tahun di Madinah. Ada yang mengatakan ia wafat pada usia 81 tahun. Ada juga riwayat lain yang menyebutkan ia wafat dalam usia 61 tahun. Abu Hurairah juga ikut melakukan shalat janazahnya di Baqi’.
Dia telah meriwayatkan beberapa hadits dari Rasulullah SAW, dari Abu Salamah, dan Fatimah Az-Zahra, semuanya sekitar 387 hadits. Adapun hadits yang telah ditakhrij dan tertulis dalam Shahih Bukhari-Muslim berjumlah 29 hadits; sekitar 13 hadits yang muttafaq ‘alaihi, ada 3 hadits lain diriwayatkan oleh Bukhari, dan 13 lainnya diriwayatkan oleh Muslim.
Beberapa orang juga ikut meriwayatkan hadits darinya, di antaranya kedua anaknya; Umar dan Zainab, Nabhan, Amir bin Abu Umayyah, Mus’ab bin Abdullah bin Abu Umayyah, beberapa budaknya yang telah dimerdekakan dan yang lainnya.