Selasa, 24 September 2013

ingin pergi dari kampus ini..
segera menyelesaikan pendidikan,lulus dan menghilang, lantas memulai semua dari awal..
disana, ditempat tidak ada seorangpun yang menemukanku..

-_________________-

sisa senduku



Kisahku berakhir sebelum aku memulainya..

Tak ada yang memulai, dan tak ada yang mengakhiri
Namun semua seperti seudah berlalu..
Kau berubah, hatiku.. sebagian jiwaku menghilang..

Adilkah cinta bila berakhir seperti ini?
Ataukah aku yang jahat membiarkanmu hati terjebak
Tersesat terlalu jauh dalam perasaan..

Tak ada balasan,  tak ada jawaban
Hatiku hanya berprasangka
Aku kira hanya aku di hatimu
Namun, semua sudah menguap bersama angin..

Seharusnya aku sadar, kau bintang..
Pesonamu nyata..
Seharusnya aku ingat, kau menawan..
Banyak mereka yang lebih baik dariku..
Dan mereka menyukaimu..

Sejak itu, kini, dan selamanya semua berakhir..

Hilang sudah senyummu padaku
Hilang sudah sapamu padaku
Hilang sudah semua kisah yang ada..

Bukan aku mundur, mengalah dan menghilang..
Atau berkorban untuk mereka yang lebih istimewa..


Aku hanya sadar
Kau bukan yang terbaik
Kita berbeda..

Inilah sisa senduku..

Sabtu, 07 September 2013

tak sedalam makna



Kenapa pada malam?
Dari sekian banyak waktu yang disediakan tuhan.. kenapa para penikmat kehidmatan penantian.. menulis di malam hari? Entahla..

Yang jelas Malam ini tidak sunyi.
tidak terasa lengang seperti malam sebelumnya..

Bersama rinai.. 
rintiknya yang lebat dalam pekat..
Mengguyur separuh alam, mungkin jika tuhan mengizinkan.. maka seluruh alam akan kuyup bermandikan rinai keberkahan..

Terbiasa mengisi tanpa cerita.. 
Biar tanpa cerita, namun hati rasakan udara itu.. udara malam yang selalu bisikan ketenangan.. udara malam yang mengisahkan potongan hidup yang lalu pada tiap hembusanya..

Ketika hati bahagia., hati terluka.. dan rinai lebih tau segalanya tentang rasa yang ditelan oleh tiap manusia..

Mungkin malam yang bercerita padanya.. tentang kami , tentang seluruh manusia dan seluruh gelagat rasa.. hati yang menduga.

Tiada dari mereka para punjangga mengerti makna rasa.. hanya menduga,lantas.. hanya merasakanya.. hanya merasakanya..

Membuatnya nyata dalam semua sisi kehidupan. Nafas.. imajenasi.. semua tumpah.. meruah dalam bait kata, ratusan alphabet. Mungkin ribuan hingga jutaan.

Terus merangkai.. membiarkanya berlari dan terbang.. menjauh.. terbang seindah mungkin..

Hingga akhirnya rasa yang meluap menerpanya.. membasuh wajahnya  dengan hati.. sangat dalam.

Hati tak berhenti merangkainya lagi dan selamanya.. membiarkanya berlari dan berterbangan..

Walau resah.. dia. Hingga kini  tak menyadarinya..  balutan hati. Tak sedangkal makna.

..